Downloaf Mp3 Full Al Qur'an 30 Juz - Imam Abdurahman As-Sudais

Downloaf Mp3 Full Al Qur'an 30 Juz - Imam Abdurahman As-Sudais

DOWNLOAD

Download MP3 Quran Murattal Oleh Imam Abdurahman As-Sudais - Per Surah

Download Software Al Qur'an dan Al Hadits

Download Software Al Qur'an dan Al Hadits
  1. Salafi DB 4.0 : SalafiDB adalah perangkat lunak (software) yang berisikan Al-Qur’an Digital, koleksi ribuan Hadits dan ribuan artikel Islami.

Download E-Book Kitab Kuning

Download Kitab Kuning.

Kitab Kuning: Pengertian Rukshah

Ghayatul Wushul (terjemahan & penjelasannya),Hal. 18-19

( وَالْحُكْمُ ) أى الشرعى اذ الكلام فيه ( إِنْ تَغَيَّرَ ) من حيث تعلقه من صعوبة له على المكلف ( إِلَىْ سُهُوْلَةٍ ) كأن تغير من حرمة شئ الى حله ( لِعُذرٍ مَعَ قِيَامِ السَّبَبِ لِلْحُكْمِ الأَصْلِيِّ )

Imam Bukhari: Bab 17: Orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya keimanan itu adalah amal perbuatan

Shahih Bukhari 
Kitab Iman

Bab 17: Orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya keimanan itu adalah amal perbuatan, berdasarkan pada firman Allah Ta'ala, "Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan (dalam kehidupan)." (az-Zukhruf: 72)

FIQH: Kaidah-kaidah dalam mempelajari fiqh

Oleh : DR Salim Seggaff al-Juffry, MA.

Istinbath adalah upaya mengambil keputusan hukum syariah berdasarkan dalil-dalil al-Qur'an atau as-Sunnah yang ada. Istinbath ini merupakan tugas para fuqaha, sehingga mereka harus mengetahui dan menguasai kaidah2nya.

FIQH: Mengenal Ilmu Fiqh

Ada banyak teropong ilmu Islam yang bisa dijadikan alat untuk melihat potensi dan faktor yang menjadi landasan bahwa Islam merupakan ajaran yang abadi, kekal dan indah.

Fiqh merupakan salah satu disiplin ilmu Islam yang bisa menjadi teropong keindahan dan kesempurnaan Islam. Dinamika pendapat yang terjadi diantara para fuqoha menunjukkan betapa Islam memberikan kelapangan terhadap akal untuk kreativitas dan berijtihad. Sebagaimana qaidah-qaidah fiqh dan prinsif-prinsif Syari'ah yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lima aksioma, yakni; Agama, akal, jiwa, harta dan keturunan menunjukkan betapa ajaran ini memiliki filosofi dan tujuan yang jelas, sehingga layak untuk exis sampai akhir zaman.

A. Pengertian Fiqh:

a. Fiqh menurut Etimologi
Fiqh menurut bahasa berarti; faham, sebagaimana firman Allah SWT:

"Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. Supaya mereka memahami perkataanku". Thaha:27-28
Pengertian fiqh seperti diatas, juga tertera dalam ayat lain, seperti; Surah Hud:91, Surah At Taubah:122, Surah An Nisa: 78
b. Fiqh dalam terminologi Islam:
Dalam terminologi Islam, fiqh mengalami proses penyempitan makna; apa yang dipahami oleh generasi awal umat ini berbeda dengan apa yang populer di genersi kemudian, karenanya kita perlu kemukakan pengertian fiqh menurut versi masing-masing generasi;

1. Dalam terminologi generasi Awal
Dalam pemahaman generasi-generasi awal umat Islam (zaman Sahabat, Tabi'in dst.), fiqh berarti pemahaman yang mendalam terhadap Islam secara utuh, sebagaimana tersebut dalam Atsar-atsar berikut, diantaranya sabda Rasulullah SAW:

"Mudah-mudahan Allah memuliakan orang yang mendengar suatu hadist dariku, maka ia mentghapalkannya kemuadian menyampaikannya (kepada yang lain), karena banyak orang yang menyampaikan fiqh (pengetahuan tentang Islam) kepada orang yang lebih menguasainya dan banyak banyak orang yang menyandang fiqh (tetapi) dia bukan seorang Faqih". HR Abu Daud, At Tirmdzi, An Nasai dan Ibnu Majah
Ketika mendo'akan Ibnu Abbas, Rasulullah SAW berkata:

"Ya Allah berikan kepadanya pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya tafsir". HR Bukhari Muslim
Dalam penggalan cerita Anas bin Malik tentang beredarnya isu bahwa Rasulullah SAW telah bersikap tidak adil dalam membagikan rampasan perang Thaif, ia berkata:

"Para ahli fiqihnya berkata kepadanya: Adapun para cendekiawan kami, Wahai Rasulullah ! tidak pernah mengatakan apapun". HR Bukhari
Dan ketika Umar bin Khattab bermaksud untuk menyampaikan khutbah yang penting pada para jama'ah haji, Abdurrahman bin Auf mengusulkan untuk menundanya, karena dikalangan jama'ah bercampur sembarang orang, ia berkata:

"khususkan (saja) kepada para fuqoha (cendekiawan)". HR Bukhari
Makna fiqh yang universal seperti diatas itulah yang difahami generasi sahabat, tabi'in dan beberapa generasi sesudahnya, sehingga Imam Abu Hanifah memberi judul salah satu buku akidahnya dengan "al Fiqh al Akbar". Istilah fuqoha dari pengertian fiqih diatas berbeda dengan makna istilah Qurra sebagaimana disebutkan Ibnu Khaldun, karena dalam suatu hadist ternyata kedua istilah ini dibedakan, Rasulullah SAW bersabda:

"Dan akan datang pada manusia suatu zaman dimana para faqihnya sedikit sedangkan Qurranya banyak; mereka menghafal huruf-huruf al Qur'an dan menyianyiakan norma-normanya, (pada masa itu) banyak orang yang meminta tetapi sedikit yang memberi, mereka memanjangkan khutbah dan memendekkan sholat, serta memperturutkan hawa nafsunya sebelum beramal". HR Malik
Lebih jauh tentang pengertian Fiqh seperti disebutkan diatas, Shadru al Syari'ah Ubaidillah bin Mas'ud menyebutkan:"Istilah fiqh menurut generasi pertama identik atas ilmu akhirat dan pengetahuan tentang seluk beluk kejiwaan, sikap cenderung kepada akhirat dan meremehkan dunia, dan aku tidak mengatakan (kalau) kalau fiqh itu sejak awal hanya mencakup fatwa dan (urusan) hukum-hukum yang dhahir saja"ii.
Demikian juga Ibnu Abidin, beliau berkata:"Yang dimaksud Fuqaha adalah orang-orang yang mengetahuai hukum-hukum Allah dalam I'tikad dan praktek, karenanya penamaan ilmu Furu' sebagai fiqh adalah sesuatu yang baru"iii. Definisi ini diperkuat dengan perkataan al Imam al Hasan al Bashri:"Orang faqih itu adalah yang berpaling dari dunia, menginginkan akhirat, memahami agamanya, konsisten beribadah kepada Tuhannya, bersikap wara', menahan diri dari privasi kaum muslimin, ta'afuf terhadap harta orang dan senantiasa menasihati jama'ahnya".

2. Fiqh dalam terminologi Mutaakhirin:

Dalam terminologi mutakhirin, Fiqh adalah Ilmu furu yaitu:"mengetahui hukum Syara' yang bersipat amaliah dari dalil-dalilnya yang rinci Syarah definisi ini adalah:
- Hukum Syara': Hukum yang diambil yang diambil dari Syara'(al Qur'an dan as Sunnah), seperti; Wajib, mandub, haram, makruh dan mubah.
- Yang bersifat amaliah: bukan yang berkaitan dengan aqidah dan kejiwaan
- Dalil-dali yang rinci: seperti; dalil wajibnya sholat adalah "wa Aqiimus sholaah", bukan kaidah-kaidah umum seperti kaidah Ushul Fiqh.
Dengan definisi diatas, fiqh tidak hanya mencakup hukum syara' yang bersifat dharuriah (aksiomatik), seperti; wajibnya sholat lima waktu, haramnya hamr, dsb. Tetapi juga mencakup hukum-hukum yang dhanny, seperti; apakah menyentuh wanita itu membatalkan wudhu atau tidak? Apakah yang harus dihapus dalam wudhu itu seluruh kepala atau cukup sebagiannya saja?
Lebih spesifik lagi, para ahli hukum dan undang-undang Islam memberikan definisi fiqh dengan; Ilmu khusus tentang hukum-hukum syara' yang furu dengan berlandaskan hujjah dan argumen.

B. Hubungan Fiqh dan Syari'ah

Setelah dijelaskan pengertian fiqh dalam terminologi mutakhirin yang kemudian populer sekarang, dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antar Fiqh dan Syari'ah adalah:
1. Bahwa ada kecocokan antara Fiqh dan Syari'ah dalam satu sisi, namun masing-masing memiliki cakupan yang lebih luas dari yang lainnya dalam sisi yang lain, hubungan seperti ini dalam ilmu mantiq disebut "'umumun khususun min wajhin" yakni; Fiqh identik dengan Syari'ah dalam hasil-hasil ijtihad mujtahid yang benar. Sementara pada sisi yang lain Fiqh lebih luas, karena pembahasannya mencakup hasil-hasil ijtihad mujtahid yang salah, sementara Syari'ah lebih luas dari Fiqh karena bukan hanya mencakup hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah amaliah saja, tetapi juga aqidah, akhlak dan kisah-kisah umat terdahulu.
2. Syariah sangat lengkap; tidak hanya berisikan dalil-dalil furu', tetapi mencakup kaidah-kaidah umum dan prinsif-prinsif dasar dari hukum syara, seperti; Ushul al Fiqh dan al Qawa'id al Fiqhiyyah.
3. Syari'ah lebih universal dari Fiqh.
4. Syari'ah wajib dilaksanakan oleh seluruh umat manusia sehingga kita wajib mendakwahkannya, sementara fiqh seorang Imam tidak demikian halnya.
5. Syari'ah seluruhnya pasti benar berbeda dengan fiqh.
6. Syari'ah kekal abdi, sementara fiqh seorang Imam sangat mungkin berubah.
C. Patokan-patokan dalam Fiqh:

Dalam mempelajari fiqh, Islam telah meletakkan patokan-patokan umum guna menjadi pedoman bagi kaum muslimin, yaitu :

1. Melarang membahas peristiwa yang belum terjadi sampai ia terjadi.
Sebagaimana Firman Allah Ta'ala : "Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu menanyakan semua perkara, karena bila diterangkan padamu, nanti kamu akan jadi kecewa ! tapi jika kamu menayakan itu ketika turunnya al-qur'an tentulah kamu akan diberi penjelasan. Kesalahanmu itu telah diampuni oleh Allah dan Allah maha pengampunlagi penyayang". QS. Al-Maidah: 101
Dan dalam sebuah hadits ada tersebut bahwa Nabi Saw. telah melarang mempertanyakan "Aqhluthath" yakni masalah-masalah yang belum lagi terjadi.

2. Menjauhi banyak tanya dan masalah-masalah pelik.
Dalam sebuah hadits di katakan: "sesungguhnya Allah membenci banyak debat banyak tanya dan menyia-nyiakan harta".
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah disia-siakan, dan telah menggariskan undang-undang, maka jangan dilampui, mengaharamkan beberapa larangan maka jangan dlannggar, serta mendamkan beberapa perkara bukan karena lupa untuk menjadi rahmat bagimu, maka janganlah dibangkit-bangkit ! "
"Orang yang paling besar dosanya ialah orang yang menanyakan suatu hal yang mulanya tidak haram, kemudian diharamkan dengan sebab pertanyaan itu".
3. Menghindarkan pertikaian dan perpecahan didalam agama.

Sebagaimana Firman Allah Ta'ala :

"Hendaklah kamu sekalian berpegang teguh pada tali Allah dan jangan berpecah belah !".(QS Ali Imran 103).
Dan firmanNya : "janganlah kamu berbantah-bantahan dan jangan saling rebutan nanti kamu gagal dan hilang pengaruh !" (QS al-anfal 46). Dan firmanNya lagi :"Dan janganlah kamu seperti halnya orang-orang yang berpecah belah dan bersilang sengketa demi setelah mereka menerima keterangan-keterangan ! dan bagi mereka itu disediakan siksa yang dahsyat QS. Ali Imran 105

4. Mengembalikan masalah-masalah yang dipertikaikan kepada Kitab dan sunah.
Berdasarkan firman Allah SWT:
"Maka jika kamu berselisih tentang sesuatu perkara, kembalilah kepada Allah dan Rasul". (QS. An Nisa 9). Dan firman-Nya :"Dan apa-apa yang kamu perselisihkan tentang sesuatu maka hukumnya kepada Allah". (QS. Asy Syuro 10).
Hal demikian itu, karena soal-soal keagamaan telah diterangkan oleh Al-qur'an, sebagaimana firman Allah SWT :
"Dan kami turunkan Kitab Suci Al-qur'an untuk menerangkan segala sesuatu. (QS. An-Nahl 89).
Begitu juga dalam surah: Al-An'am 38, An-Nahl 44 dan An-Nisa 105, Allah telah menjelaskan  keuniversalan al Qur'an terhadap berbagai masalah kehidupan.
Sehingga dengan demikian sempurnalah ajaran Islam dan tidak ada lagi alasan untuk berpaling kepada selainnya. Allah SWT berfirman :
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan bagimu agamamu, telah Ku cukupkan ni'mat karunia-Ku dan telah Ku Ridhoi Islam sebagai agamamu". (QS. Al Maidah 5).
Dan firman Allah SWT:
"Tidak ! Demi Tuhan ! mereka belum lagi beriman, sampai bertahkim padamu tentang soal-soal yang mereka perbantahkan kemudian tidak merasa keberatan didalam hati menerima putusanmu, hanya mereka serahkan bulat-bulat kepadamu". (QS. An-Nisa 66)

D. Sejarah perkembangan Fiqh dan meredupnya

1. Fiqh di zaman generasi awal

Dengan berpedoman pada patokan-patokan tersebut diatas, majulah para shahabat dan beberapa generasi di belakang mereka selama beberapa abad dan menghasilkan kebaikan yang telah kita saksikan, dan tiada perbedaan di antara mereka dalam patokan-patokan di atas dan manhaj, kecuali mengenai pemahaman terhadap nash yang disebabkan oleh kemampuan dan latar belakang yang berbeda dalam memahami Ilat (alasan) hukum, dan karena sebagian diantara mereka mendapatkan dalil sementara yang lain belum mendapatkannya.
Dan ketika datang imam-imam yang berempat, mereka mengikuti tradisi generasi yang sebelum mereka, hanya sebagian diantara mereka ada yang lebih dekat kepada Sunah, seperti; penduduk Hijaz (Ahl Hadist) yang kebanyakan pendukungnya para perowi hadits, sementara sebagian lagi lebih dekat kepada rasio atau pikiran (Ahl Ra'y), seperti; orang-orang Irak yang tidak banyak di jumpai dikalangan mereka penghafal-penghafal hadits disebabkan jauhnya tempat mereka dari tempat diturunkannya wahyu.
Imam-imam tersebut telah mencurahkan segala kemampuan yang ada pada mereka untuk memperkenalkan agama ini dan membimbing manusia dengannya, dan mereka larang orang-orang bertaklid atau mengikut secara membabi buta tanpa mengetahui dalil atau alasannya. Mereka mengatakan: "Tidak seorang pun boleh mengikuti pendapat kami tanpa mengetahui alasan kami". Mereka tegaskan bahwa mazhab mereka adalah hadits yang sohih, karena mereka tidak ingin diikuti begitu saja sebagaimana halnya orang ma'shum, yakni; Nabi SAW.
Ketika patokan-patokan diatas dipegang dengan konsisten, maka terjadinya perbedaan diantara para fuqoha, justru membuat dinamis dan fleksibelnya ilmu fiqh. Perbedaan diantara murid dan guru tidak tabu; Ibnu Abbas banyak berbeda pendapat dengan Ali, Umar, Zaid bin Tsabit, padahal mereka adalah guru-gurunya.
Para fuqoha tabi'in banyak yang berbeda pendapat dengan para sahabat, Imam Malik terkadang berbeda pendapat dengan guru-gurunya yang tabi'in, tabiut tabi'in terkadang berbeda pendapat dengan guru-gurunya; Imam Abu dengan Ja'far as Shadiq, Imam Syafi'i dengan Imam Malik, Imam Ahmad dengan Imam Syafi'i dst. Perbedaan-perbedaan itu tidak sampai melahirkan malapetaka dan gontok-gontokan. Kondisi seperti itu berlangsung sampai abad empat hijrah.

2. Redupnya Ilmu Fiqh

Pasca para Imam mujtahid, terjadilah kemerosotan ilmu fiqh. Secara ringkas ada beberapa faktor yang meredupkan ilmu fiqh;

a. Taqlid
Orang-orang yang muncul sesudah para imam yang empat, kemauan mereka untuk berijtihad jadi kendor, sebaliknya bangkit naluri meniru dan bertaklid, hingga setiap golongan diantara mereka merasa cukup dengan mazhab tertentu yang akan diperdalam, diandalkan dan dipegang secara fanatik.
Mereka mencurahkan segala tenaga untuk membela dan mempertahankannya, dan perkataan imam menjadi seperti firman Allah SWT, dan mereka tiada berani mengeluarkan fatwa tentang suatu masalah bila bertentangan dengan kesimpulan yang telah ditarik oleh imam mereka.
Bahkan kultus terhadap imam-imam itu demikian mencolok dan berlebihan, sampai-sampai Karkhi mengatakan :"Setiap ayat atau hadits yang menyalahi pendapat shahabat-shahabat itu kita hendaklah ditakwilkan atau dinasah".
Dan dengan bertaklid dan ta'asub kepada mazhab-mazhab ini, hilanglah kesempatan umat untuk beroleh petunjuk dari Kitab dan Sunah, timbul pula pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup, dan jadilah pendapat-pendapat fukoha yang dikatakan syari'at, dan orang yang menyalahi ucapan-ucapan fukoha itu dipandang ahli bid'ah hingga ucapannya itu tak dapat dipercaya dan fatwanya tak boleh diterima.

b. Pelembagaan madzhab-madzhab
Diantara faktor-faktor yang membantu tersebarnya semangat tradisonal ini ialah usaha yang di lakukan oleh para hartawan dan pihak penguasa dalam mendirikan sekolah-sekolah dimana pengajarannya terbatas pada suatu atau beberapa mazhab tertentu yang menyebabkan tertujunya perhatian para fuqoha terhadap mazhab-mazhab tersebut, dan berpalingnya minat dari berijtihad, karena mempertahankan gaji yang jadi nafkah hidup mereka.
Sebagai akibat dari tenggelam dalam taklid dan meninggalkan al Qur'an dan as Sunnah, umat Islam terpecah belah dalam golongan-golongan, hingga mereka berselisih paham tentang hukum nikahnya seseorang bermazhab Hanafi dengan pria bermazhab Syafi'i. Berkatalah sebagian mereka: "Tidak sah, karena wanita itu bersikap ragu-ragu dalam keimanannya "Karena pengikut- pengikut mazhab Hanafi membolehkan seseorang muslim itu mengatakan: "Saya beriman, Insya Allah". Sedang lainnya mengatakan itu boleh, dengan alasan mengqiaskannya kepada wanita golongan ahli Zimmah.
Sebagian akibat dari kondisi diatas, tersebarnya bid'ah dan terpendamnya panji-panji Sunah, melempemnya gerakan akal dan terhentinya kegiatan berpikir serta hilangnya kebebasaan berilmu, suatu hal yang menyebabkan lemahnya kepribadian umat dan lenyapnya kehidupan berkarya serta terhambatnya kemajuan dan perkembangan hingga orang-orang pihak luarpun melihat celah dan lubang untuk dapat menembus memasuki jantung Islam.

Dan akhirnya Fiqih, yang sebenarnya Allah SWT menjadikannya sebagai senjata muslim untuk menghadapi kehidupan dunia maupun akhirat, mengalami kebobrokan yang belum ada taranya, hingga berkhidmah padanya lebih banyak menanamkan dengki dan permusuhan, merusak hati dan persatuan umat. Para ulamanya hanya berkutat menghafakan matan, dan tidak mengenal kecuali istilah-istilah atau catatan-catatan lampiran bersama pendapat-pendapat yang dikemukakan serta sanggahannya, hingga akhirnya Eropa pun menerkam dunia Islam.
Kemudian sebagai akibat yang tak dapat dielakan, hukum dan budaya asing itulah yang menguasai kehidupan dunia Islam.
Dan kemudian suasana di benua Eropa itulah yang mewarnai rumah-rumah, jalan-jalan, sekolah-sekolah, perguruan-perguruan dan tempat-tempat pertemuan kaum muslimin. derasnya arus dan gelombang sekulerisme Eropa semakin kuat hingga dunia Islam; ulama, ormas dan institusi-institusi Islam pun hampir lupa kepada ajaran agamanya; tidak heran jika mereka beramai-ramai menolak syari'at Islam, seperti; mpenolakan terhadap piagam Jakarta di Indonesia.

E. Urgensi mempelajari :
Fiqh yang pembahasannya mencakup; masalah-masalah ibadat, seperti; Sholat, shaum, zakat, haji, dsb. Dan masalah-masalah muamalat, seperti; pernikahan, jual beli, peradilan, dsb sangat penting untuk dipelajari, supaya kita;
1. Beribadah dan bermuamalah atas dasar ilmu dan landasan syar'i yang jelas.
2. Untuk mendapatkan kepastian hukum syara' dalam permasalahan-permasalahan baru
3. Untuk menjawab berbagai tuduhan minor terhadap ajaran Islam umumnya dan fiqh pada khususnya.
________________________________________
Referensi:
i Dr. Sulaiman al Asyqor, Tarikh al Fiqh al Islami, Maktabah al Falah, al Kuwait, 9 - 11
ii Shadr al Syari'ah, Kitab Al Taudhih 'ala al Tanqih, 1;78
iii Ibnu Abidin, Hasyiyah Ibnu Abidin, al Mathba'ah al Mishriah, 1272, 1:26
iv Shadr al Syari'ah , Loc. Cit
v Dr. Sulaiman al Asyqar, Op. Cit, hal. 18 - 20
vi Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah, Maktabah al Khadamat al Haditsah, Jiddah, 1:12-13
vii Sayyid Sabiq, Ibid, hal. 14 – 17

Fiqh Tentang Keistimewaan Hari Jum'at

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sangat memuliakan hari ini, menghormatinya, dan mengkhususkannya untuk beribadah dibandingkan hari-hari lainnya. Di antara keistimewaan hari Jum'at adalah;

1. Ia adalah hari raya/ hari besar yang berulang

Maka tidak diperbolehkan puasa khusus pada hari itu, tanpa didahului oleh puasa sebelum maupun sesudahnya, Agar berbeda dengan Yahudi. Juga agar tubuh merasa kuat untuk melaksanakan ibadah pada hari Jum'at seperti shalat, do'a dan yang lainnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Sesungguhnya hari Jum'at adalah 'ied (hari raya), maka jangan jadikan hari raya kalian untuk berpuasa, kecuali bila kalian puasa sebelum dan sesudahnya". (HR. Ahmad dalam al-Musnad 15/157, hadits 8012, syech Ahmad Syakir mengatakan: sanadnya shahih.

2. Ia bertepatan dengan hari bertambahnya kenikmatan di sorga

Yaitu hari saat seluruh penghuni sorga dikumpulkan di Lembah yang luas, dan dibuatkan bagi mereka mimbar-mimbar dari mutiara, emas, dan mimbar dari zamrud, dan permata diatas bukit pasir dari kasturi mereka lalu melihat Allah Subhanahu Wata'ala, dengan mata kepala mereka (nyata)..
Dan orang yang paling cepat bertemu dengan Allah adalah mereka yang dulu juga bersegera datang ke masjid, yang paling dekat dengan Allah pada hari itu, adalah mereka yang dulu paling dekat (duduknya) dengan imam (pada hari Jum'at). (Zaadul Ma'aad 1/ 63,64).

Dalam sebuah hadist panjang yang diriwayatkan oleh Anas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, " ….tidak ada kerinduan yang dirasakan oleh penduduk sorga melebihi kerinduan mereka kepada hari Jum'at, agar mereka dapat melihat Tuhannya Subhanahu Wata'ala, dan kemulian-Nya. Karena itu, hari itu disebut "yaumul mazid". (HR. Ibnu Abi Syaibah dan yang lainnya, lihat shahih at-targhib wa at-tarhiib (1/291) hadits 694.


3. Pada hari itu ada saat dikabulkannya do'a.

Yaitu saat dimana Allah akan memberikan apa saja yang diminta oleh hamba-Nya yang muslim. Di dalam kitab Shahih al-Bukhari Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallu 'anhu ia berkata :
Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Sesungguhnya pada hari Jumat ada waktu yang apabila seorang muslim shalat bertepatan dengannya lalu ia meminta kepada Allah maka akan dikabulkan permintaanya " dan Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengisyaratkan dengan tangannya bahwa waktu itu sebentar. (HR.Bukhari{891}dan Muslim{879})

4. Membaca surat {aliflamim tanzil /surat As-sajdah}dan{hal ata 'alal insan /surat Al-insan), pada shalat subuh hari Jumat.

Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga telah melakukan hal tersebut {HR. Bukhori {891} dan Muslim{879}}, Ibnu Taimiyah memberikan alasannya dengan mengatakan : "Sesungguhnya Rasullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca surat ini pada shalat shubuh hari Jumat karena di dalamnya terkandung penjelasan peristiwa yang telah terjadi dan akan terjadi pada hari itu, kedua surat ini mengandung penjelasan tentang peciptaan Adam, tentang hari kebangkitan dan hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar yang semua itu terjadi pada hari jumat, membaca kedua surat ini pada hari Jumat dapat mengingatkan manusia akan peristiwa yang telah terjadi dan akan terjadi, sedangkan sujud tilawah pada shalat ini hanya sebagai ikutan bukan dimaksudkan sejak awal.

Ibnu al-Qayyim berkata : banyak orang yang tidak mengerti mengira bahwa yang dimaksud dengan membaca surat sajdah adalah pengkhususan sujud tambahan untuk shalat fajar,dan mereka menamai sujud ini dengan sujud Jum'at, jika seseorang tidak membaca surat sajdah maka disunahkan membaca surat lain yang mengandung sujud. {diantara ulama yang dapat dikutip pendapatnya demikian adalah Ibrahim An-nakha'i, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dari Ibrahim An-nakha'i melalui sanad yang dikuatkan oleh Ibnu Abi Syaiba bahwa Ibrahim An-nakha'i berkata, "Disunnahkan membaca pada shalat shubuh hari jumat surat yang mengandung sajdah." Melalui riwayat Ibnu Abi Syaibah juga bahwa ia {Ibrahim An-nakha'i} telah membaca surat Maryam.}

Sedang melalui jalan Ibnu Aun ia berkata : mereka membaca pada shalat subuh hari jumat surat yang mengandung sajdah. Melalui riwayatnya ia menambahkan: saya bertanya kepada Muhammad -Ibnu Sirin- tentang hal itu { membaca surat yang mengandung sajdah} ia menjawab : "tidak apa-apa."
Al-hafiz Ibnu Hajar mengatakan: hal ini telah dilakukan sebagian ulama Kufah dan Basrah, maka tidaklah pantas untuk mengatakanya batil { fathul bahri 2/440}}.
Karena itu sebagian ulama memakruhkan membaca surat sajdah terus-menerus pada sholat subuh hari jumat untuk menghindari anggapan keliru orang-orang yang tidak mengerti {Zadul Ma'ad {1/375}} lihat juga pekataan Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari{ /439,440}.



5. Disunnahkan untuk memperbanyak shalawat kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada siang dan malam harinya.

Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dari Anas: "Perbanyaklah shalawat pada hari Jum'at dan malam Jum'at." (HR Baihaqi dari Anas, dan dihasankan oleh Arnauth, dan ia juga terdapat dalam Silsilah al-Shahihah /1407).

Dan dari Aus Radhiallahu 'anhu dia mengatakan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda:
"Sebaik-baik hari kalian adalah hari Jum'at: pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari itu sangkakala ditiup, pada hari itu manusia bangkit dari kubur, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku", para shahabat bertanya: "wahai Rasulullah, bagaimana diperlihatkan kepada engkau sedangkan tubuh engkau sudah hancur (sudah menyatu dengan tanah ketika sudah wafat), Beliau menjawab: "sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala mengharamkan kepada bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para Nabi". (HR, "al-Khamsah" kecuali At-Tirmidzi, syech Al-bani mengatakan: sanadnya sahih, kitab: "fadhlu ashalatu 'ala an-Nabi", hal 35).

Ibnu Al-qayyim berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah sebaik-sebaik makhluk, hari Jum'at adalah penghulunya hari, dan shalawat kepada Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada hari ini (Jum'at) adalah sebuah kekhususan untuk Beliau, di samping itu ada hikmah lainnya bahwa setiap kebaikan yang didapatkan oleh umat Beliau di dunia dan akhirat adalah melalui tangan Beliau, maka Allah mengumpulkan bagi umat Nabi Muhammad dua kebaikan dunia dan akhirat, dan karamah yang paling besar yang mereka dapatkan adalah pada hari Jum'at, karena pada hari itu mereka dibangkitkan menuju rumah dan istana-istana mereka di surga, hari Jum'at juga merupakan hari penambahan kebaikan bila mereka masuk surga, hari Jum'at merupakan hari raya buat mereka di dunia, pada hari itu Allah Subhanahu Wata'ala, memenuhi permintaan dan kebutuhan-kebutuhan mereka, yang meminta tidak akan ditolak, demikianlah, mereka mengetahuinya dan mendapatkannya karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka bersyukur, berterima kasih kepadanya dan memenuhi sedikit dari hak Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah dengan memperbanyak shalawat kepada Beliau pada hari ini dan malamnya. (Zaadul Ma'ad 1/376).

6. Disunnahkan membaca surat Kahfi pada hari Jum'at dan malamnya.
Dari Abu Sai'id Al-Khudry, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at maka dia akan diterangi oleh cahaya antara dua Jum'at" (HR. An-Nasai, al-Baihaqi, dan Hakim, serta disahihkan oleh al-Albani dalam kitab As-shahihah", 2651).

Dalam riwayatnya yang lain:
"Orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum'at, akan muncul cahaya dari bawah kakinya menjulang sampai ke langit yang meneranginya pada hari Kiamat, dan dia akan diampuni antara dua Jum'at" (HR. al-Hakim, al-Baihaqi, dan disahihkan oleh Arnauth, juga diriwayatkan oleh Ad-Darimy dalam musnadnya (mauquf) pada Abu Said dan para Rawinya seluruhnya terpercaya (tsiqaat), dan seperti ini tidak mungkin berasal dari pendapat mereka, jadi hukumnya adalah hukum "marfu'".
Dan ibnu Qayyim Rahimahullah mengatakan: Sa'id bin mansyur menyebutkannya dari perkataan Abu Sa'id al-khudry seperti itu juga (zaadul maad 1/378).
Ad-darimy meriwayatkannya dengan lafadz, "Orang yang membaca surat kahfi pada malam Jum'at dia akan diliputi cahaya antara dia dan baitul 'atiq." {Disahihkan oleh syekh al-Albany dalam kitab "shahihul jami' (6471)}.


7. Boleh shalat pada tengah hari (saat matahari tepat diatas kepala) di hari Jum'at dan tidak boleh pada hari-hari lainnya.

Ini adalah pendapat yang dipegang oleh Abu 'Abbas Ibnu Taimiyah, berdasarkan hadits: "Tidaklah seseorang mandi pada hari Jum'at, membersihkan badan dan bersuci, memakai minyak atau memakai wewangian, kemudian dia keluar (untuk shalat Jum'at), dia tidak memisahkan antara dua orang (tidak duduk diantara dua orang yang sudah duluan duduk, dengan memisahkan dua orang tersebut-pent), kemudian dia shalat sesuai dengan yang disyari'atkan, kemudian dia diam ketika Khatib berkhutbah, kecuali orang tersebut akan diampuni dosanya antara Jum'at tersebut dengan Jum'at yang akan datang. (HR. Bukhari, 2 / 308,309).
Ibnu Qayyim mengatakan: dia boleh shalat sesuai yang telah dianjurkan, tapi dia tidak dianjurkan shalat ketika Imam telah keluar dari tempatnya untuk berkhutbah. (Zaadul Ma'ad, 1/378).

8. Perbuatan baik yang dilakukan pada hari itu mendapat balasan khusus, dibandingkan hari-hari yang lainnya.


Dari Abu Sa'id al-Khudry ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Lima perbuatan (amal), bila dilakukan oleh seseorang dalam suatu hari, Allah Subhanahu Wata'ala akan menulisnya sebagai penghuni sorga: menjenguk orang sakit, melayat jenazah, berpuasa satu hari, menunaikan shalat Jum'at, dan memerdekakan budak". (HR, Ibnu Hibban dalam shahihnya, 713, dan dishahihkan oleh al-Albany dalam kitab "Silsilatu Al-Ahadits As-Shahihah" (As-shahihah)

Ibnu Qayyim mengatakan,
"Yang ke dua puluh tiga: hari Jum'at adalah hari yang disunnahkan padanya meluangkan waktu untuk beribadah, ia mempunyai keistimewaan dibandingkan hari-hari yang lainnya dengan berbagai macam ibadah yang wajib maupun yang sunnah, Allah Subhanahu Wata'ala telah menjadikan bagi setiap millah (agama) satu hari khusus untuk beribadah, dengan mengeyampingkan urusan duniawi, sedang hari Jum'at adalah hari ibadah, ia dibandingkan hari-hari yang lainnya seperti bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan lainnya dan didalamnya terdapat saat dikabulkannya semua permohonan, bagai malam lailatur qadar, karena itu orang yang benar Jum'atnya dan selamat, maka akan selamat hari-harinya, orang yang benar ramadhannya dan selamat, maka akan selamat tahun-tahun yang dilaluinya, orang yang benar ibadah hajinya dan selamat, maka akan selamat sisa-sisa umurnya. Hari Jum'at merupakan barometer mingguan, Ramadhan barometer tahunan, dan ibadah haji adalah barometer kehidupan…." (Zaadul Ma'ad 1/398).

Dalam kesempatan yang lain, beliau menyebutkan:
"Yang ke dua puluh lima: bersedekah pada hari itu punya kekhususan dibanding hari-hari yang lainnya, seperti kekhususan bersedekah pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan yang lainnya. Saya menyaksikan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -semoga Allah mensucikan jiwanya- bila hendak berangkat melaksanakan ibadah Jum'at, beliau membawa roti dan yang lainnya yang ia miliki, kemudian beliau menyedekahkannya secara diam-diam …(Zaadul Ma'ad 1/407).

Dan disebutkan dalam kitab al-Mushannaf, dari Ibnu 'Abbas dari Ka'ab tentang hari Jum'at: "dan sedekah pada hari itu paling mulia…dibandingkan dengan hari-hari yang lainnya." (Almushannaf 5558, Arnaauth mengatakan perawinya orang-orang yang terpercaya (tsiqaat), dan isnadnya shahih).

9. Pada hari itu akan terjadi hari kiamat, alam semesta akan digulung dan dunia akan hancur, manusia akan dibangkitkan, dan digiring ketempat mereka di sorga atau neraka, pada hari ini seluruh makhluk merasa takut kecuali manusia dan jin.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Sebaik-baik hari selama matahari masih terbit adalah hari Jum'at, pada hari itu Adam diciptakan, diturunkan ke bumi, pada hari itu tobatnya diterima, dan pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari itu kiamat akan terjadi, tidak ada satu-pun makhluk melata di muka bumi kecuali bersuara pada hari Jum'at dari mulai subuh sampai terbitnya matahari mereka takut (was-was) akan terjadinya kiamat, kecuali manusia dan jin….. (HR. Abu Daud 1046, At-Tirmidzi 491, An-Nasa'i 1430, disahihkan oleh Arnauth dan yang lainnya.

10. Orang yang berjalan untuk sholat Jum'at akan mendapat pahala untuk tiap langkahnya, setara dengan pahala ibadah satu tahun shalat dan puasanya.
Hal ini berdasarkan hadits Aus bin Aus z, ia berkata: Rasulullah y bersabda:
من غسَّل واغتسل يوم الجمعة، و بكر و ابتكر، ودنا من الإمام فأنصت، كان له بكل خطوة يخطوها
صيام سنة، وقيامها،
وذلك على الله يسير

"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah". (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).

11. Neraka jahannam dinyalakan setiap hari, kecuali hari Jum'at, sebagai penghormatan terhadap hari ini. (Zadul Ma'ad: 1/387).

12. Wafat pada malam hari Jum'at atau siangnya adalah tanda husnul khatimah, yaitu dibebaskan dari fitnah (azab) kubur.
Diriwayatkan oleh Ibnu Amru z, bahwa Rasulullah y bersabda:

"Setiap muslim yang mati pada siang hari Jum'at atau malamnya, niscaya Allah akan menyelamatkannya dari fitnah kubur". (HR. Ahmad dan Tirmizi, dinilai shahih oleh Al-Bani).

13. Hari Jum'at merupakan hari "As-Syahid",

Allah Subhanahu Wata'ala bersumpah dengannya, dalam surat Al-Buruuj ayat:3.

Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. (QS. Al-Buruuj (85):1-3)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Al-yaumul mau'ud adalah hari kiamat, al-yaumul mayshuud adalah hari 'arafah dan As-Syahid adalah hari Jum'at. (HR At-Tirmidzi 3336 dalam kitab at-Tafsir, beliau berkomentar bahwa hadits ini adalah hadits hasan gharib, yang hanya berasal dari Musa bin 'Ubaidah, ia didhaifkan oleh Yahya bin Said dan yang lainnya).

14. Shalat Jum'at

Ia merupakan keistimewaan yang paling agung untuk hari ini.
Ibnu al-Qayyim mengatakan:
"Keistimewaan yang ketiga adalah: shalat Jum'at, salah satu kewajiban yang amat penting dalam Islam dan merupakan salah satu momen besar berkumpulnya kaum muslimin, lebih besar dari momen-momen yang lainnya kecuali momen 'Arafah. Orang yang meninggalkannya karena menganggap enteng dan malas-malasan, Allah akan mencap dan menutup hatinya, dan dekatnya penghuni sorga pada hari kiamat dari Allah Subhanahu Wata'ala, dan kemenangan mereka untuk datang pada yaumul mazid tergantung kepada dekatnya orang tersebut pada hari Jum'at dari Imam serta kesegeraan datangnya ke masjid." (zaadul ma'ad 1/376)

33 PERKARA YANG MEMBUAHKAN KEKHUSYU'AN DALAM SHALAT

oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid
Daar Al-Wathan


PERTAMA : Bersungguh-sungguh untuk mendapatkan kekhusyu'an dan apa yang menguatkannya:

1. Bersiap diri untuk menunaikan shalat, diantaranya dengan menjawab adzan dan berdoa setelah adzan dengan doa yang ada tuntunannya, selain itu berdoa antara saat adzan dan iqamah, berwudhu dengan baik, membaca basmalah sebelum berwudhu, berdzikir dan berdoa setelah wudhu, bersiwak, mengenakan pakaian yang bersih, bersegera menuju masjid dan berjalan dengan tenang lalu menunggu shalat, juga merapatkan dan menyusun barisan shaf.

2. Thuma'ninah dalam shalat.
Nabi r bersikap thuma'ninah sehingga setiap tulang (beliau) kembali ke asalnya.

3. Mengingat mati ketika shalat.
Nabi r bersabda: "Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena seseorang jika mengingat mati dalam shalatnya tentu akan memperbaiki shalatnya. Shalatlah seperti shalatnya seseorang yang merasa tidak akan shalat lagi"

4. Merenungkan ayat atau dzikir yang diucapkan dalam shalat.
Ini tidak akan mungkin melainkan dengan mengetahui makna apa yang di baca, lantas merenungkannya sehingga akan meneteskan air mata dan sentuhan dalam jiwa. Allah berfirman:

"Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta" (Q.S Al-Furqan 73)

* Diantara hal memudahkan tadabbur ayat, bertasbih ketika melewati ayat-ayat tasbih, dan berta'awwudz ketika melewati ayat-ayat yang memerintahkan untuk berlindung pada Allah.

* Membaca AamIin setelah Al-Fatihah. Dengan membacanya akan mendatangkan pahala yang besar. Rasulullah r bersabda: "Jika Imam mengucapkan Aamiin, maka ucapkanlah Aamiin, karena siapa yang ucapan Aamiinnya bersamaan dengan aminnya para malaikat, akan diampuni dosanya yang telah lalu" (H.R Bukhari).

* Apabila imam mengucapkan 'Sami'Allahuliman hamidah', maka makmum mengucapkan: 'Rabbanaa wa lakal hamdu' . Ucapan tersebut juga berpahala besar.

5. Membaca seayat demi seayat, karena dengan begitu akan lebih memberi pemahaman, tadabbur dan sesuai dengan contoh nabi r . Beliau membaca ayat dengan jelas perhurufnya.

6. Membaca dengan tartil dan membaguskan bacaan. Allah berfirman:

"Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan" (Q.S Al-Muzzammil 4)

Dan sabda nabi r : "Hiasilah Al-Qur'an dengan suara kalian, karena suara yang indah itu menambah kebagusan Al-Qur'an" (H.R Hakim)

7. Merasakan bahwa Allah menjawabnya ketika shalat. Nabi r bersabda: Allah 'Azza wa Jallaberfirman : Aku bagi shalat untuk-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, bagi hamba-Ku apa yang dia pinta. Jika dia mengucapkan: Alhamdulillahirabbil 'Aalamiin maka Allah berfirman: "Hamba-Ku memuji-Ku". Jika dia mengucapkan: "Ar Rahmaanir Rahiim, maka Allah berfirman: "Hamba-Ku menyanjung-Ku" dan jika ia mengucapkan: Maaliki yaumid diin, maka Allah menjawab: "Hamba-Ku mengagungkan-Ku" Jika dia mengucapkan: Iyyaakana'budu wa iyyaakanasta'iin, maka Allah berfirman: "Ini adalah antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohon. Jika ia mengucapkan: Ihdinash Shiratal Mustaqiim Shiraathal ladziina an'amta 'alaihim Ghairil Maghdhuubi 'alaihim waladz Dhaalliin, maka Allah berfirman: "Ini adalah untuk hamba-Ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta"

8. Shalat menghadap dan mendekat ke arah sutrah atau pembatas:

* Ini akan memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

- Menahan pandangan dari apa yang ada di belakang sutrah dan mencegah orang yang akan melewati dengan mendekatinya.

- Mencegah setan agar tidak melewati atau merusak shalat. Nabi r bersabda: "Jika salah seorang dari kalian shalat menghadap ke sutrah, maka hendaklah ia dekat dengannya, agar setan tidak memotong shalatnya" (H.R Abu Dawud)

9. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Nabi r jika shalat, beliau letakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya. Keduanya beliau letakkan di atas dada". Hikmahnya sikap seperti ini adalah menunjukkan sikap orang yang meminta nan hina. Selain itu, terjauh dari sikap bermain-main dan lebih dekat pada kekhusyu'an.

10. Memandang ke tempat sujud. 'Aisyah r.a meriwayatkan bahwa jika Rasulullah r shalat, beliau menundukan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah. Adapun ketika tasyahud beliau memandang ke jari yang memberi isyarat dan beliau menggerakkannya. Hal ini diriwayatkan dari nabi r

11. Menggerakkan jari telunjuk. Nabi r bersabda: "Hal itu adalah lebih berat bagi setan dari besi". Memberi isyarat dengan jari telunjuk mengingatkan seorang hamba akan keesaan Allah Ta'ala dan ikhlas dalam ibadah. Inilah yang perkara terbesar yang dibenci setan. Kita berlindung pada Allah dari kejahatannya.

12. Variasi dalam membaca surat, ayat, dzikir dan doa dalam shalat. Metode ini akan memberikan berbagai macam makna dan kandungan dari ayat dan dzikir-dzikir bagi orang yang shalat. Selain itu merupakan hal dituntunkan dan lebih menyempurnakan kekhusyu'an.

13. Melakukan sujud tilawah ketika melewati ayat-ayat sajdah. Allah berfirman:

"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. (Q.S Al-Israa 109)

Dan Allah berfirman:

"Apabila dibacakan ayt-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis" (Q.S Maryam 58)

Rasulullah r bersabda: "Jika anak Adam membaca ayat sajdah lalu bersujud, maka setan menyingkir dan menangis. Ia mengatakan: "Aduhai, anak Adam diperintahkan sujud, lalu bersujud, maka baginya surga, sedangkan aku diperintahkan sujud lalu aku membangkang, maka bagiku neraka" (H.R Muslim)

14. Berlindung diri pada Allah dari godaan setan.
Setan adalah musuh kita. Diantara bentuk permusuhannya adalah upayanya memberikan wis was supaya hilang kekhusyu'an orang yang shalat dan mengacaukan shalatnya. Setan ibarat penyamun, setiap kali seorang hamba mendekatkan diri pada Allah, maka setan ingin memotong jalan tersebut. Sudah selayaknya atas seorang hamba untuk tegar dan sabar serta senantiasa berdzikir dan shalat dan tidak merasa jemu. Karena dengan keistiqamahannya beribadah akan memalingkan tipu daya setan darinya. ﭽ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ

"Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah" (Q.S An-Nisaa 76)

15. Bercermin pada shalatnya kaum salafus sholeh.


- Ali bin Abi Thalib r.a jika menghadiri shalat, merasa takut dan wajahnya berubah. Maka beliau di tanya: "Ada apa denganmu? " Maka beliau menjawab: "Demi Allah telah datang waktu amanah yang Allah tawarkan pada langit dan bumi serta gunung-gunung, mereka semua menolak untuk memikulnya dan merasa keberatan, tetapi aku malah menerimanya".

- Sa'id at-Tanukhi jika shalat tetesan air matanya tidak terhenti dari kedua pipinya ke janggutnya.

16. Mengetahui keutamaan khusyu dalam shalat. Diantaranya sabda nabi r: "Seorang muslim yang menghadiri shalat fardhu lalu ia baguskan wudhunya, khusyu dan rukuknya, melainkan itu sebagai kafarat atas dosa-dosa sebelumnya selama ia tidak melakukan dosa besar. Ini adalah untuk sepanjang masa" (H.R Muslim)

17. Bersungguh-sungguh dalam berdoa terutama di waktu sujud. Allah berfirman:

"Berdoalah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut" (Q.S Al-A'raaf 55)

Nabi kita yang mulia r bersabda: "Sedekat-dekat hamba dengan Tuhannya yaitu ketika ia bersujud, maka perbanyaklah doa" (H.R Muslim)

18. Berdzikir seusai shalat,
ini akan membantu tetapnya atsar (pengaruh) kekhusyu'an dalam jiwa dan keberkahan yang terdapat dalam shalat.

KEDUA : Menghindarkan hal-hal yang bisa menghalangi kekhusyu'an atau menodai kesuciannya.

19. Menghilangkan apa yang menyibukkan pandangan di tempat orang yang shalat. Anas r.a berkata: Qiram (tirai yang ada lukisannya ada juga yang mengatakan pakaian yang berwarna) milik 'Aisyah yang digunakan untuk penutup/tirai di samping rumahnya. Maka nabi r bersabda kepadanya: "Hindarkanlah ia dariku, karena lukisan tersebut tampak dalam shalatku" (H.R Bukhari)

20. Tidak shalat dengan mengenakan pakaian yang bergambar atau bertuliskan atau berwarna yang dapat mengganggu orang yang shalat. 'Aisyah r.a: Nabi r shalat dengan mengenakan pakaian yang bercorak/bergaris, maka beliau memandang pada coraknya. Seusai shalat beliau bersabda: "Bawalah pakaian ini ke Abu Jahm bin Hudzaifah, dan tukarlah dengan pakaian yang tidak bercorak, karena tadi shalatku terganggu karenanya" (H.R Muslim)

21. Tidak shalat jika ada hidangan makanan yang ia sukai.
Nabi r bersabda: "Tidak ada shalat jika makanan telah dihidangkan" (H.R Muslim)

22. Tidak shalat dengan menahan kencing atau buang air besar.
Tidak diragukan lagi, diantara hal yang bertentangan dengan kekhusyu'an adalah orang yang shalat dengan menahan kencing atau berak. Karena itulah rasulullah r melarang hal itu. Beliau bersabda: "Tidak ada shalat jika makanan telah dihidangkan dan tidak pula dalam keadaan ia menahan dua hal yang buruk (maksudnya kencing dan buang air besar)" (H.R Muslim)

- Sikap menahan tersebut tentu akan menghilangkan kekhusyu'an. Termasuk dalam hal ini adalah menahan angin/kentut.

23. Tidak shalat dalam keadaan mengantuk.
Dari Anas bin Malik r.a bahwa Rasulullah r bersabda: "Jika salah seorang dari kalian mengantuk ketika shalat, maka hendaklah ia tidur, sampai ia mengetahui apa yang ia ucapkan (maksudnya dalam shalat)" (H.R Bukhari)

24. Tidak shalat di belakang orang yang sedang berbicara atau tidur.
Nabi r melarang hal ini dengan sabdanya: "Janganlah kalian shalat di belakang orang yang sedang tidur atau sedang berbicara, karena orang yang sedang berbicara sibuk dengan pembicaraannya dan mengganggu orang yang shalat sedangkan orang yang sedang tidur, terkadang tampak anggota badannya sehingga melalaikan orang yang shalat. Apabila kemungkinan di atas tidak terjadi, maka tidak dimakruhkan shalat di belakang orang yang sedang tidur. Wallahu a'lam.

25. Tidak sibuk dengan meratakan kerikil.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Mu'aiqib r.a bahwa nabi r bersabda pada orang yang meratakan tanah ketika bersujud: "Jika engkau hendak melakukan maka cukup sekali saja" . Sebab larangan ini adalah untuk memelihara kekhusyu'an dan tidak banyak bergerak dalam shalat. Lebih utama jika tempat sujud itu memang perlu dibersihkan agar membersihkannya sebelum shalat.

26. Tidak mengeraskan bacaan karena dapat mengganggu jamaah shalat lainnya.
Rasulullah r bersabda: "Ketauhilah, masing-masing dari kalian bermunajat pada tuhannya, maka janganlah sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaannya atas sebagian yang lain, atau beliau bersabda: (dalam shalat) (H.R Abu Dawud)

27. Tidak menoleh ketika shalat.
Dari Abu Dzar bahwa Rasulullah r bersabda: "Allah 'Azza wa Jalla senantiasa ada di hadapan seorang hamba dalam shalatnya selama ia tidak menoleh. Jika ia berpaling, maka Allah berpaling darinya". Rasulullah r di tanya tentang menoleh dalam shalat, maka beliau bersabda: "Itu adalah satu sambaran/curian setan dari shalat seorang hamba" (H.R Bukhari)

28. Tidak memandang ke arah langit/ke atas.
Terdapat larangan tentang hal ini dan ancaman bagi pelakunya dalam sabda nabi r : "Jika salah seorang dari kalian sedang shalat, maka jangan mengangkat pandangannya ke langit" (H.R Ahmad). Nabi r melarang keras hal itu dengan sabdanya: "Kalian menghentikan perbuatan tersebut atau pandangan kalian akan di sambar" (H.R Bukhari)

29. Tidak meludah ke arah depannya ketika shalat. Karena hal tersebut berlawanan dengan kekhusyua'an dalam shalat dan adab pada Allah. Nabi r bersabda: ""Jika salah seorang dari kalian sedang shalat, maka jangan meludah ke depannya, karena Allah ada di hadapannya ketika ia shalat" (H.R Bukhari)

30. Berupaya agar tidak menguap ketika shalat.
Rasulullah r bersabda: "Jika salah seorang dari kalian menguap, maka hendaklah ia tahan sekuatnya, karena setan bisa masuk" (H.R Muslim)

31. Tidak meletakkan tangan pada pinggang dalam shalat. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah r melarang meletakkan tangan pada pinggang dalam shalat.

32. Tidak memanjangkan pakaian hingga menyentuh tanah.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah r melarang memanjangkan pakaian hingga menyentuh tanah dan seseorang yang menutup mulutnya. (H.R Abu Dawud)

33. Tidak menyerupai hewan.
Nabi r melarang tiga hal dalam shalat:

- Duduk seperti binatang buas

- Sujud seperti burung yang mematuk (makanannya)

- Seseorang yang menjadikan satu tempat khusus di masjid untuk shalatnya, ini menyerupai onta, yang mana ia tidak merubah tempat berdiamnya.

Inilah apa yang dapat kami sampaikan tentang faktor-faktor yang bisa mendatangkan kekhusyu'an dan hal-hal yang bisa menghalangi kekhusyu'an agar kita bisa menghindarinya. Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam tetap tercurah atas nabi kita Muhammad.
Wallahu "alam

Riyadhus Shalihin Bab 2: Kitab Taubat


Riyadhus Shalihin
Bab 2: Taubat

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya saya itu niscayalah memohonkan pengampunan kepada Allah serta bertaubat kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (Riwayat Bukhari)

Dari Aghar bin Yasar al-Muzani Radhiyallahu 'anhu katanya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah pengampunan daripadaNya, kerana sesungguhnya saya ini bertaubat dalam sehari seratus kali." (Riwayat Muslim)

Dari Abu Hamzah yaitu Anas bin Malik al-Anshari Shallallahu 'alaihi wa sallam , pelayan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , katanya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Muslim disebutkan demikian:
"Niscayalah Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya ketika ia bertaubat kepadaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang berada di atas kendaraannya - yang dimaksud ialah untanya - dan berada di suatu tanah yang luas, kemudian menyingkirkan kendaraannya itu dari dirinya, sedangkan di situ ada makanan dan minumannya. Orang tadi lalu berputus-asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon terus tidur berbaring di bawah naungannya, sedang hatinya sudah berputus asa sama sekali dari kendaraannya tersebut. Tiba-tiba di kala ia berkeadaan sebagaimana di atas itu, kendaraannya itu tampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Oleh sebab sangat gembiranya maka ia berkata: "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah TuhanMu". Ia menjadi salah ucapannya kerana amat gembiranya."
  Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy'ari Shallallahu 'alaihi wa sallam , dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu membeberkan tanganNya - yakni kerahmatanNya -di waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu siang dan juga membeberkan tanganNya di waktu siang untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus menerus sampai terbitnya matahari dari arah barat - yakni di saat hamper tibanya hari kiamat, kerana setelah ini terjadi, tidak diterima lagi taubatnya seseorang." (Riwayat Muslim)  

Bersambung

Sumber: riyadhus-shalihin

Imam An-Nawawi Bab: Iman, Islam Dan Ihsan



Arba'in
-Imam An-Nawawi-

Bab: Iman, Islam Dan Ihsan

Umar ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"  


Penjelasan:

Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari'at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.

Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan seperti itu.

Kalimat " Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad....." adalah riwayat yang masyhur. Nasa'i meriwayatkan dengan kalimat, "Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah...." Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya.

Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari'at. Namun terkadang, dalam pengertian syari'at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.

Kalimat, "Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya" mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas kejadian tersebut, karena orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan kejadian itu.

Kalimat, "Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya...." Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya.

Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.

Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa mereka jujur dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh dibeda-bedakan.

Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan timbangan amal, menempuh jembatan antara surga dan neraka, serta adanya Surga dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur'an dan Hadits Rosululloh.

Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, "Allah menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu" dan dalam QS. Al-Qamar : 49, "Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu" dan di ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas, "Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melakukan suatu yang membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran telah kering"

Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka dia adalah mukmin sejati.

Kalimat, "Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya...." Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu'an dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.

Kalimat, "Beritahukan kepadaku tanda-tandanya ? sabda beliau : Budak perempuan melahirkan anak tuannya" maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan karena kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi sebagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa itu menunjukkan kerusakan umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya.

Hadits ini juga menyatakan adanya larangan berlomba-lomba membangun bangunan yang sama sekali tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah," Anak adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan"

Kalimat, "Penggembala Domba" secara khusus disebutkan karena merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya tidak mampu mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang umumnya orang terhormat.

Kalimat, "Saya tetap tinggal beberapa lama" maksudnya Umar رضي الله عنه tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh.

Kalimat, "Ia datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu" maksudnya mengajarkan pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting adalah penjelasan islam, iman dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Sesungguhnya keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4, "Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya". Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu Mulaikah berkata, "Aku temukan ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir ada sifat kemunafikan dalam dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani mengatakan bahwa ia memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan Mikail 'alaihimus salaam"

Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena itu kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, "Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman" maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri.

Kata islam mencakup makna iman dan makna ketaatan, syaikh Abu 'Umar berkata, "kata iman dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin" ia berkata, "pernyataan seperti ini sesuai dengan kebenaran" Keterangan-keterangan Al-Qur'an dan Assunnah berkenaan dengan iman dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam. Apa yang telah kami jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama ahli hadits dan lain-lain.
Wallahu a'lam  

Sumber: http://assunnah.mine.nu




Bulughul Maram Kitab: Thaharah 2


Bulughul Maram
-Ibnu Hajar Al-Ashqolani-

Kitab Thaharah
Dari Abu Said Al-Khudry Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya (hakekat) air adalah suci dan mensucikan, tak ada sesuatu pun yang menajiskannya."
Dikeluarkan oleh Imam Tiga dan dinilai shahih oleh Ahmad.

Dari Abu Umamah al-Bahily رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhnya air itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya kecuali oleh sesuatu yang dapat merubah bau, rasa atau warnanya."
Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi: "Air itu suci dan mensucikan kecuali jika ia berubah baunya, rasanya atau warnanya dengan suatu najis yang masuk di dalamnya."
Dari Abdullah Ibnu Umar رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Jika banyaknya air telah mencapai dua kullah maka ia tidak mengandung kotoran." Dalam suatu lafadz hadits: "Tidak najis".
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلی الله عليه وسلم bersabda: "Janganlah seseorang di antara kamu mandi dalam air yang tergenang (tidak mengalir) ketika dalam keadaan junub."
Menurut Riwayat Imam Bukhari: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu kencing dalam air tergenang yang tidak mengalir kemudian dia mandi di dalamnya."
Menurut riwayat Muslim dan Abu Dawud: "Dan janganlah seseorang mandi junub di dalamnya."
   
Seorang laki-laki yang bersahabat dengan Nabi صلی الله عليه وسلم berkata:" Rasulullah صلی الله عليه وسلم melarang perempuan mandi dari sisa air laki-laki atau laki-laki dari sisa air perempuan, namun hendaklah keduanya menyiduk (mengambil) air bersama-sama.

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنه: Bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم pernah mandi dari air sisa Maimunah رضي الله عنها

Sumber: http://assunnah.mine.nu

Shahih Muslim Bab 2: Salat lima waktu adalah salah satu rukun Islam


Kitab Iman
Bab 2: Salat lima waktu adalah salah satu rukun Islam 

Hadis riwayat Thalhah bin Ubaidillah Shallallahu 'alaihi wa sallam , ia berkata:Seseorang dari penduduk Najed yang kusut rambutnya datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Kami mendengar gaung suaranya, tetapi kami tidak paham apa yang dikatakannya sampai ia mendekati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya tentang Islam. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: (Islam itu adalah) salat lima kali dalam sehari semalam. Orang itu bertanya: Adakah salat lain yang wajib atasku? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: Tidak ada, kecuali jika engkau ingin melakukan salat sunat. Kemudian Rasulullah bersabda: (Islam itu juga) puasa pada bulan Ramadan. Orang itu bertanya: Adakah puasa lain yang wajib atasku? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukan puasa sunat. Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan: (Islam itu juga) zakat fitrah. Orang itu pun bertanya: Adakah zakat lain yang wajib atasku? Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin bersedekah. Kemudian lelaki itu berlalu seraya berkata: Demi Allah, aku tidak akan menambahkan kewajiban ini dan tidak akan menguranginya. Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Ia orang yang beruntung jika benar apa yang diucapkannya
   
Sumber: http://hadith.al-islam.com/Bayan/ind/

Shahih Bukhari Bab 2: Perkara-Perkara Iman


Kitab Iman

Bab 2: Perkara-Perkara Iman dan firman Allah, "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. "(al-Baqarah: 177) Dan firman Allah, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman." (al-Mu'miniin: 1)
 
6. Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Iman itu ada enam puluh lebih cabangnya, dan malu adalah salah satu cabang iman."[10]

[10] Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dengan lafal Sab'uuna 'tujuh puluh', dan inilah yang kuat menurut pendapat saya, mengikuti pendapat Al-Qadhi Iyadh dan lainnya, sebagaimana telah saya jelaskan dalam Silsilatul Ahaditsish Shahihah (17).
Sumber: Ringkasan Shahih Bukhari - M. Nashiruddin Al-Albani - Gema Insani Press (HaditsWeb)

Siapakah yang sesungguhnya menciptakan kedamaian ?

Siapakah yang sesungguhnya menciptakan kedamaian ?

Topik:Masalah Sosial 

Author:Dr Zulfiqar Ali Shah

Dalam Islam Allah, Allah, Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, berdiri sendiri: transenden dan megah. Iman ditandai dengan monoteisme etis ketat dan tanpa kompromi yang mengharuskan pengikutnya untuk menerjemahkan ke dalam tindakan atribut ilahi belas kasih, kasih sayang, cinta kasih, dan perdamaian dalam upaya untuk membangun masyarakat, seimbang manusia yang adil dan damai.Kata "Islam" berarti tunduk dan perdamaian: tunduk kepada kehendak moral Satu dan hanya Allah (diwujudkan dalam Sepuluh Perintah), dan perdamaian dengan Pencipta dan makhluk-Nya. Pada tingkat vertikal (hubungan manusia dengan Allah) Islam berarti penyerahan. Pada tingkat horizontal (manusia untuk hubungan manusia) itu berarti damai. Cinta sejati dari Allah dan tunduk kepada perintah-perintah moral-Nya adalah penjamin perdamaian dan harmoni di antara makhluk-Nya. Dalam arti yang paling murni Islam tidak lain adalah tindakan mengasihi Allah dan sesama mencintai itu. Allah adalah al-Salam, salah satu dari Ninety Nine nama Allah. Ini berarti bahwa Dia adalah sumber dan pencetus perdamaian semua. Kitab Islam, al-Qur'an, disebut jalan menuju perdamaian. Ayat pertama dari Al Qur'an "Dalam nama Allah, Maha Penyayang, Maha Penyayang" adalah kemiripan tematik cinta, kasih dan sayang. Tema yang sama cinta dan belas kasihan terus diulang seluruh teks Al-Qur'an. Ayat ini diulang dalam Al-Qur'an tidak kurang dari 114 kali. Ini menunjukkan tingkat signifikansi Islam menempel pada nilai-nilai seperti kasih dan sayang. Nabi Islam digambarkan dalam Al Qur'an sebagai rahmat bagi umat manusia. Surga adalah tempat tinggal perdamaian abadi. Singkatnya Tuhan Yang Maha Esa dan ajaran-Nya adalah semua tentang perdamaian. Al Qur'an merujuk kepada Islam sebagai 'jalan damai' (5:16). Ini menimbulkan bendera rekonsiliasi (4:128) dan menyatakan bahwa Allah membenci gangguan perdamaian. (2:205) Masyarakat Muslim yang ideal, menurut Qur'an, adalah "Dar al Salaam" yang berarti rumah kedamaian. (10:25) Bahkan konsep Al-Qur'an perang diarahkan perdamaian dan keadilan. Inti dari iman Islam adalah perdamaian dan Islam otentik tidak pernah bisa berkembang kecuali dalam suasana perdamaian, keadilan dan harmoni. Ini diktum Islam fundamental yang dimasukkan ke dalam Singkatnya oleh Nabi Muhammad:.. "Allah limpahkan melalui rifq (kelembutan) apa yang dia tidak memberikan dengan cara 'UNF (kekerasan) perang agresif dan kekerasan yang dilarang oleh Al-Qur'an Perdamaian adalah Aturan dan perang hanyalah pengecualian. Muslim diizinkan untuk terlibat dalam perang defensif dan hanya menyebabkan saja.Cara pandang Alquran membagi realitas menjadi dua alam generik, Tuhan dan non-Tuhan. Allah adalah Pencipta Abadi, Pemelihara, semesta dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Dia tetap selamanya tanpa Lain transendental apapun, kesamaan kemitraan kemiripan, dan asosiasi. Dia adalah makhluk yang unik yang hanya bisa disebut Realitas dan Being sebagai segala sesuatu selain-Nya berasal realitasnya, eksistensi dan menjadi dari-Nya. Allah, kata Arab untuk Tuhan, adalah semantik kata terfokus tertinggi Al-Qur'an. Cara pandang Alquran adalah teosentris ke inti. Ontologis tidak dapat berdiri sejajar atau menentang-Nya. Dia selalu tetap Lain transendental yang memimpin seluruh sistem keberadaan sebagai Guru dan Pencipta.The ranah kedua terdiri dari segala sesuatu selain Allah. Ini adalah urutan ruang-waktu pembuatan, dan pengalaman. Ontologis kedua perintah selalu tetap berbeda. Sang Pencipta tidak turun ke dunia ruang-waktu dan pengalaman untuk bersatu, disebarkan atau bingung dengan makhluk juga dapat makhluk naik menjadi ontologis bersatu atau terdifusi dengan Sang Pencipta. Dia selalu tetap Lain transendental benar-benar luhur. Ini adalah konsep Alquran Persatuan ilahi. Semua konsep Alquran, ide, dan ideologi yang dijalin bersama untuk menentukan, menjelaskan, dan menggambarkan doktrin ini dari Keesaan, Persatuan, dan Transendensi Allah, dan mendorong manusia untuk membangun hubungan yang berarti dan benar dengan Dia.Sebagai Guru sejati yang penuh Kasih, Mercy, Keadilan dan Kebijaksanaan, perintah-perintah-Nya, wajib untuk menjadi. Penyerahan total kepada perintah-perintah-Nya moral yang normatif adalah hubungan hanya benar dengan Dia. Bahwa pengajuan mencintai adalah penjamin mencintai perdamaian di antara makhluk.Kredo Islam adalah refleksi universal kebaikan-Nya, cinta dan kasih sayang. Ia mengatakan bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah. Hal ini relevan untuk memahami dua istilah Islam fundamental.The Ilah Kata Arab singkatan sejumlah makna yang saling berhubungan. Misalnya artinya:1: Mencapai perdamaian dan ketenangan mental dengan mencari perlindungan di atau membangun hubungan cinta dengan seseorang.2: Menjadi takut dari beberapa kecelakaan atau bencana yang akan datang, dan seseorang memberikan penampungan yang diperlukan dan keamanan.3: Beralih ke orang bersemangat, karena intensitas perasaan seseorang untuknya.4: Keturunan hilang dari unta-dia bergegas untuk meringkuk induknya untuk menemukan itu.5: Seseorang sangat dipuja, dicintai dan menawarkan ibadah.Ini makna literal dari kata membuatnya jelas, bahwa Ilah kata singkatan untuk apa pun sangat misterius, sangat menarik, menyerap seluruh keberadaan seseorang, menuntut cinta mutlak, adorasi dan kedekatan dengan tingkat ibadah. Oleh karena itu, Tuhan atau al-Ilah berarti orang yang al-ma'luh berarti al-ma `bud (worshipped.) Ibadah atau al-` ibadah, seperti Ibn al-Qayyam mendefinisikan itu, "kasih yang sempurna disertai dengan total penyerahan. "Kata "Allah" juga menunjukkan cinta yang ekstrim. Tampilan bervariasi tentang etimologi dari kata "Allah". Allah adalah nama yang tepat (ism `alam) bahwa Allah telah diberikan kepada-Nya (Dhat), kepada-Nya, berpendapat teolog Muslim yang terkenal Al-Ghazali. Teolog lain seperti Ibn al-Qayyim, dan filolog seperti Sīybawayh memilih untuk menurunkannya dari Ilah. Ada yang mengatakan bahwa kata "Allah" berasal dari kata kerja walaha (past tense), yawlahu (present tense), dari walah nomina akar. The waw diganti dengan hamza a. Walah adalah kasih yang ekstrim.Oleh karena itu Pengakuan Islam dapat diterjemahkan sebagai kredo cinta, kasih sayang dan kemurahan. "Ada tempat berlindung, keamanan, perlindungan, cinta, kasih sayang kecuali Allah mencintai ekstrim." Tidak ada yang tahu esensi dari Allah yang penuh kasih ini sebagai terbatas tidak pernah dapat memahami terbatas. Dia hanya bisa diketahui melalui nama-Nya dan atribut.Al-Qur'an mendefinisikan bahwa Allah dalam ayat yang terkenal berikut:Allah-lah, daripada Siapakah tidak ada tuhan lain:-Siapa tahu (segala sesuatu) baik rahasia dan terbuka, Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah-lah, daripada Siapakah tidak ada tuhan lain; - Penguasa, Yang Mahakudus, Sumber Perdamaian, Guardian of Faith, Pemelihara Keamanan, Maha Perkasa, tak tertahankan, adil Bangga, Kemuliaan bagi Allah ! (Tinggi adalah Dia) di atas mitra mereka atribut kepada-Nya. Dia adalah Allah, Sang Pencipta, Originator dan Fashioner kepada-Nya milik para Nama Most Beautiful: apa yang ada di langit dan di bumi, tidak menyatakan Puji-Nya dan Kemuliaan: dan Dia adalah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (59:22-24).Ini adalah bagian dari keagungan yang besar. Ini meringkas atribut generik dan nama Allah. Sementara membangun prinsip dasar keserbalainan ilahi dengan kata-kata "tidak seperti kepada-Nya", lembaga bagian dasar modalitas ilahi mungkin. Satu unik dan Allah adalah yang paling Pengasih dan Penyayang. Pengetahuan-Nya meluas ke segala sesuatu yang dilihat dan tak terlihat, sekarang dan masa depan, dekat dan jauh, untuk menjadi dan tidak menjadi: pada kenyataannya ini kontras relatif bahkan tidak berlaku untuk Allah Mutlak. Dia tidak dapat diketahui dalam-Nya yang belum dapat diketahui melalui nama-Nya dan atribut. Nama-nama yang indah dan atribut-satunya sumber dan dasar modalitas ilahi mungkin.Allah adalah al-Rahman (yang terjadi 57 kali dalam Al-Qur'an dan 170 kali di basmalah), dan al-Rahim (benar-benar terjadi bagi Allah 114 kali dalam Al Qur'an), yang Jauh baik dan Maha Penyayang. Kedua nama tersebut berasal dari belas kasihan root "Rahmah" yang berarti. Rahmat adalah salah satu atribut yang paling sering disebutkan dan dibahas Allah dalam Al-Qur'an. "Mu Tuhan Mandiri, penuh rahmat" (6:133). "Tuhanmu penuh rahmat semua-merangkul" (6:147). "Dia telah tertulis untuk diri-Nya (aturan) Mercy" (6:12). "Tuhan, Allahmu tertulis untuk diri-Nya (aturan) Mercy" (6:54; juga melihat 7:156, 18:57, 40:7). Tuhan sebenarnya "Maha Penyayang dari orang-orang yang menunjukkan belas kasihan" (12:64, 12:92, 21:83, 23:109, 23:118). Selain banyak ayat besar dari Al Quran, yang syahadat itu sendiri adalah salah satu saksi besar untuk atribut Ilahi. Syahadat memberitahu kita bahwa rahmat semua adalah karunia dari Yang Maha Penyayang. "Tidak ada Tuhan selain Maha Penyayang" yang berarti bahwa "Tidak ada belas kasihan, tetapi rahmat Allah," atau "Tidak ada yang penuh belas kasihan, tetapi Maha Penyayang." Kemurahan Tuhan membayangi semua rahmat di alam semesta. Rahmat-Nya adalah rahmat yang benar dan nyata dan belas kasihan orang lain 'adalah relatif. Nabi Muhammad (saw) menyatakan ide ini dalam hadits berikut:Allah menciptakan seratus rahmat pada hari Dia menciptakan langit dan bumi, setiap rahmat yang akan mengisi apa di antara langit dan bumi. Dari jumlah tersebut Ia ditempatkan satu rahmat di bumi. Melalui itu ibu condong ke arah anaknya, dan burung-burung dan hewan miring terhadap satu sama lain. Ketika hari kebangkitan datang, Dia akan melengkapi mereka dengan belas kasihan rahmat ini.Kemurahan Allah adalah baik inklusif dan sempurna. Tindakan belas kasihan memerlukan obyek belas kasihan. Tidak ada yang membutuhkan belas kasihan sampai dan kecuali satu keinginan. Seseorang iba belas kasihan tidak dapat disebut benar-benar penyayang jika ia menyelesaikan rahmat tanpa kekhawatiran kemauan, niat atau tulus untuk yang membutuhkan. Untuk filsuf Muslim terkenal dan teolog Abu Hamid al-Ghazali, rahmat sempurna adalahmencurahkan kebajikan kepada mereka yang membutuhkan, dan mengarahkan kepada mereka, untuk perawatan mereka, dan kemurahan inklusif adalah ketika itu mencakup layak dan tidak layak sama. Rahmat Allah adalah baik sempurna dan inklusif [tāmmah wa 'ammah]: sempurna sejauh itu ingin memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan dan tidak bertemu dengan mereka, dan inklusif karena itu mencakup baik layak dan tidak layak, meliputi dunia ini dan berikutnya, dan termasuk telanjang kebutuhan dan kebutuhan, dan hadiah khusus atas dan di atas mereka. Jadi Dia sama sekali dan benar-benar penuh belas kasihan.Selain itu, rahmat dalam arti kami disertai dengan empati yang menyakitkan yang berpengaruh terhadap penyayang dan bergerak dia untuk memenuhi kebutuhan satu yang membutuhkan. Oleh karena itu, orang yang penuh belas kasihan keluar dari perasaan seperti empati dan penderitaan datang dekat dengan berniat untuk meringankan penderitaan sendiri dan sensitivitas dengan tindakannya. Rahmat manusia relatif serta sedikit egois sebagai manusia dengan tindakan mereka terlihat setelah rahmat sendiri juga. Kemurahan Tuhan benar-benar sempurna. Ini adalah salah satu cara lalu lintas seperti yang diarahkan makhluk dan bukan sebaliknya. Ini tidak mengurangi penderitaan Tuhan atau sensitivitas, karena nafsu negatif tidak ada pada Tuhan. Dia adalah unik lainnya.Nama al-Rahman lebih spesifik daripada al-Rahim. Al-Rahman tidak digunakan bagi siapa pun selain Allah, sementara al-Rahim dapat digunakan untuk orang lain. Selalu diawali dengan kata sandang tertentu dalam Al-Qur'an istilah al-Rahman dianggap nama yang tepat dari Allah karena tidak ada yang mengatakan al-Rahman yang tidak juga mengatakan Allah. Allah maka tidak ada tapi Mercy mutlak. Kata Allah berfokus pada pemikiran kesatuan tak terduga, sementara al-Rahman berfokus pada kedalaman rahmat ilahi, cinta dan kebajikan.Rasulullah mengatakan, "Orang yang tidak memiliki belas kasihan terhadap orang yang dirampas Compassion Allah." Dia juga mengatakan, "Orang yang tidak menghormati para senior di antara kita, atau menunjukkan cinta dan kasih sayang terhadap anak muda kita pasti tidak satupun dari kita." Kasih sayang di antara hamba-hamba Allah adalah jalan pasti untuk mencapai rahmat Allah. Rasulullah menyatakan: "Jadilah penuh belas kasihan kepada orang-orang di bumi sehingga mereka yang di langit mungkin penuh belas kasihan kepada Anda."Sarjana Barat banyak tampaknya cenderung untuk menggambarkan Allah sebagai master takut, atau tiran, selalu siap untuk menjatuhkan ganjaran hukuman menghukum, Allah yang keras Siapa melakukan apa yang Dia terasa seperti dll Baillie, misalnya menganggap bahwa "Islam terlalu moralistik .... Allah adalah terlalu sheerly transenden, Pemberi Hukum, tetapi tidak Gracegiver, bukan sumber berdiamnya dan penulis ketaatan yang Dia menuntut. " Seperti penggambaran Allah tampaknya cukup sewenang-wenang ketika dipantulkan melalui ayat-ayat Al Qur'an seperti tentang rahmat Tuhan dan kebajikan. Dewa Alquran penuh Grace. Misalnya, "Allah Tuhan berlimpah Grace", adalah ungkapan yang sering pembaca akan menemukan bahkan jika membolak-balik Al Qur'an (2:105, 3:74, 3:174, 8:29; 57:29; 62 : 4 dll). "Allah penuh rahmat bagi umat manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak berterima kasih" (2:243; 10:60, 40:61), "Allah penuh rahmat bagi seluruh alam" (2:251); "Allah penuh rahmat bagi orang-orang percaya "(3:152), kasih karunia-Nya terwujud, (27:16) dan tertinggi (35:32, 42:22), Dia adalah Maha Pengampun (Ghafur). Nama ini terjadi dalam 71 kali Qur'an dalam kasus nominatif, dan 20 kali dalam kasus akusatif. Allah mengasihi untuk mengampuni semua dosa karena Dia adalah Maha Pengampun, adalah pesan dikomunikasikan di seluruh Qur'an (5:39; 06:54, 7:153, 15:49, 16:119, 39:53); " Tuhan Maha Pengampun Anda, Full of Mercy "(18:58). Inilah sebabnya mengapa Ia telah memberikan diri-Nya nama al-Ghaffar, yang berarti, bahwa tidak hanya Dia suka mengampuni, tetapi Dia juga menyembunyikan dan menutupi dosa agar tidak mempermalukan atau mempermalukan orang-orang berdosa. Jadi dalam arti apa yang dapat kemurahan Tuhan atau anugerah atau kebajikan sebagaimana diatur dalam Al-Qur'an dapat diperdebatkan? Sarjana Barat cenderung berpegang teguh pada ide meskipun kekayaan ayat-ayat Al-Qur'an di depan mereka.Selain itu, Allah adalah al-Latif (yang Kebajikan), al-Wadud (yang Pengasih-kind), al-Halim (yang ringan), al-Rauf (All-Karena merasa kasihan), al-`Afu (yang Effacer dari dosa), al-Barr (dengan Pelaku of Good) dan memiliki banyak nama lain seperti untuk mengekspresikan Cinta Nya yang tak terbatas, Mercy, Grace, dan Kebaikan terhadap semua makhluk-Nya. Fazlur Rahman mengamati bahwaKesan langsung dari pembacaan sepintas Qur'an adalah bahwa dari keagungan Tuhan yang tak terbatas dan rahmat-Nya sama-sama tak terbatas, meskipun banyak sarjana Barat (melalui kombinasi dari kebodohan dan prasangka) telah digambarkan Allah Al Qur'an sebagai konsentrat kekuatan murni, bahkan sebagai kekuatan brute - memang, sebagai tiran berubah-ubah. Al-Qur'an, tentu saja, berbicara tentang Allah dalam konteks yang berbeda begitu banyak dan begitu sering bahwa kecuali semua pernyataan interiorized menjadi gambaran mental total - tanpa, sejauh mungkin, campur tangan setiap pemikiran subyektif dan angan - itu akan akan sangat sulit, jika tidak langsung mungkin, untuk melakukan keadilan dengan konsep Al-Qur'an Allah.Hal ini cukup hanya mengutip data Alquran untuk mendukung klaim ini. Dalam Al Qur'an nama mengacu pada kemurahan Tuhan jauh lebih sering daripada yang menggambarkan dirinya sebagai master menakutkan. Dalam Al Quran, Allah disebut al-Qahhār (yang Menakutkan) empat kali dan sekali sebagai al-Jabbar (yang tak tertahankan Mengerikan atau mengagumkan, 59:23). Ini adalah bagaimana ia akan muncul untuk penjahat, orang-orang munafik tidak bermoral atau kafir fasik. Dalam kasus di mana nama-nama yang lebih tegas yang digunakan ini hampir selalu dengan referensi ke sebuah peringatan terhadap orang-orang berdosa, namun meskipun peringatan nasihat yang umumnya diikuti dengan salep, keinginan bahwa orang berdosa mungkin dapat kembali kepada Allah: "mungkin dia akan kembali [kepada Allah] "(48:43; 27:46) karena Allah adalah baik" Lord of keagungan dan kemurahan hati "(55:78). Bagi mereka yang melayani-Nya dan makhluk-Nya Dia adalah Satu Kebanyakan Indulgent yang tidak pernah berhenti pengampunan, Pemberi berkelanjutan, Dispenser dari semua yang baik, Dermawan, Consenter tersebut, Penjawab itu, Teman dan Protector, yang merasa kasihan, yang Panduan dan Pemimpin, dan Pasien Kebanyakan yang lambat untuk menghukum. Semua ini adalah nama-nama Alquran yang menekankan dan memperjelas al-Rahman al-Rahim, yang Pengasih dan Penyayang. Atribut rahmat dan kemahakuasaan tampaknya bertentangan sementara pada kenyataannya mereka tidak. Diktum Alquran adalah bahwa rahmat Allah adalah ekspresi dari kemahakuasaan-Nya dan karenanya tak terpisahkan dari itu. Kedua kesempurnaan mewakili dua kutub tindakan ilahi dan saling melengkapi.Intinya dapat dibuat bahwa janji-janji Al-Qur'an tentang hukuman berat sebagai peringatan bagi mereka yang dosa, bisa menjadi rangsangan positif, menekan perilaku yang tidak diinginkan dari orang-orang berdosa, tanpa efek samping berbahaya dari penglihatan mereka putus asa atau KALAH rahmat Allah melebihi . Kedua aspek kutub (Mahakuasa dan Mercy) Ketuhanan yang saling menguatkan satu sama lain, mendorong dan memperkuat perilaku yang diinginkan. Di sisi lain, correlativity mereka adalah suatu faktor positif bahwa hal itu dapat membantu dalam memeriksa sikap manusia yang salah atau kecenderungan.Allah juga al-Salam. "Salam" berarti damai. Oleh karena itu Allah adalah sumber dan pencetus segala macam kedamaian. Allah SWT mengatakan, "... dan Allah mengundang untuk tempat tinggal perdamaian" (Qura'n, 10:25). Allah telah berkata, "Dan jika ia adalah salah satu dari orang-orang di sebelah kanan, maka damai sejahtera dari orang-orang di sebelah kanan" (Qura'n, 56:90-91), yaitu, yakinlah bahwa mereka menikmati kedamaian dan ketenangan. "Salam!" adalah ucapan, jika seorang Muslim mengatakan Muslim lainnya "As-salamu alaikum!" ia akan telah meyakinkannya keselamatan dan keamanan. Muslim berulang kali diperintahkan oleh Qura'n Kudus untuk menyebarkan perdamaian dan untuk terbuka terhadap orang-orang yang menawarkan perdamaian: "Ketika Anda akan disambut dengan salam, menyambut Anda dengan lebih baik daripada atau mengembalikannya. Lo! Allah mengambil hitungan segala sesuatu "(4:86)" Hai orang yang beriman.! Masukkan ke dalam kedamaian satu dan semua ... (2:208) Dan jika mereka condong kepada perdamaian, lakukan cenderung untuk itu juga dan percaya kepada Allah. (8:61) Dan hamba al-Rahman adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan ketika orang-orang bodoh menanganinya, mereka mengatakan: Salam (Perdamaian)! (25:63) Dan ketika orang-orang yang percaya pada ayat-ayat Kami datang kepada Anda, katakan: Damai sejahtera pada Anda! Tuhanmu telah ditahbiskan kasihanilah diri ... (6:54) Jadi berpaling dari mereka dan berkata, Peace! Karena mereka akan segera datang untuk tahu. (43:89)Demikian juga, Nabi Muhammad digunakan untuk cukup sering menyuruh orang-orang beriman untuk menyebarkan salam damai untuk kedua dikenal dan tidak dikenal tersebut. Ada banyak tradisi yang membuktikan kebenaran ini. Misalnya: Assalamu minal Islam: The salam damai merupakan bagian integral dari kredo Islam. Afshu al Salama taslamu: Menyebarkan salam perdamaian di antara kamu sehingga Anda dapat mencapai perdamaian dan keamanan. Afshu al Salama baynakum: Menyebarkan salam perdamaian di antara kamu. "Anda tidak akan mencapai surga sampai Anda memiliki iman dan Anda tidak akan memiliki iman tanpa saling mengasihi. Tidak saya harus memberitahu Anda resep saling mencintai? Menyebarkan perdamaian di antara kamu "". Manusia O, menyebarkan perdamaian, memberi makan orang yang lapar dan berdoa ketika orang sedang tidur. Anda akan masuk surga dalam damai "Ada hadis yang tak terhitung jumlahnya yang mendorong penyebaran perdamaian dengan mendisiplinkan dan menghilangkan impuls rendah destruktif seperti kecemburuan seorang, iri hati, kebencian, keserakahan, keegoisan dan memanjakan diri.. Pernyataan kenabian yang terkenal menempatkan titik singkatnya: ". Peace Spread, memberi makan orang yang lapar dan hidup dalam keadaan kasih persaudaraan" Dalam salah satu permohonan itu, Rasulullah pernah berkata, "Buat Tuhan kita pertanda perdamaian! ke teman-teman Anda! " The Qura'n Suci memberitahu kita bahwa nama surga adalah "Dar al Salaam," tempat tinggal perdamaian, Dia, Glory dan Pemuliaan kepada-Nya, mengatakan, "Mereka harus memiliki tempat tinggal damai dengan Tuhan mereka, dan Dia adalah mereka wali karena apa yang mereka lakukan "(Qura'n, 6:127). Allah akan membuat ucapan orang yang beriman, ketika mereka menemui-Nya, "Damai!" Dia mengatakan, "salam mereka pada hari mereka bertemu dengan-Nya akan menjadi: Salam (Peace!)!" (Qura'n, 33:44). Surah al-Ra `ad menyatakan bahwa orang-orang percaya di surga akan disambut dengan salam perdamaian," ... taman-taman tempat tinggal abadi yang mereka akan masuk bersama dengan orang-orang yang melakukan perbuatan baik dari kalangan orang tua dan pasangan dan keturunan , dan para malaikat akan masuk kepada mereka dari setiap pintu (berkata): Damai sejahtera pada Anda karena Anda terus-menerus Bagaimana baik, maka, adalah masalah tempat tinggal yang "!! (Qura'n, 13:23-24). Nabi (SAW) selalu menawarkan permohonan ini setelah setiap shalat wajib: "Tuhan! Anda adalah Perdamaian, dari Anda adalah Perdamaian, Mahasuci Engkau! Kebesaran dan Kehormatan dalam Anda "Kaum Muslim di seluruh dunia mengulangi doa yang sama setidaknya lima kali sehari!.Allah juga telah menggambarkan diri-Nya sebagai al-Mu'min: "... Satu-satunya yang memberikan kedamaian, Siapa yang memberikan keamanan" (Qura'n, 59:23). "Al-Mu'min" berarti: Satu untuk Siapa perdamaian dan keamanan yang diberikan.Kategori nama dibahas di atas dan atribut terhubung melakukan fungsi penting yaitu, imanensi Allah. Mereka menghasilkan sejenis modalitas untuk imajinasi manusia, tapi segera imajinasi diingatkan keterbatasan ketika jelas mengatakan bahwa nama-nama dan atribut yang tidak relatif seperti atribut manusia atau makhluk Allah. Mereka adalah atribut dari Allah yang transenden yang mutlak, maka atribut-Nya tidak mengenal batas dan melampaui lingkup utilitarian ruang dan waktu sebanyak Tuhan sendiri melampaui makhluk-Nya. Selain itu, hubungan ini predikat dengan subjek mereka tidak dapat dianalisis dalam arti dunia empiris karena semua kategori manusia yang terbatas, sementara ekspresi Allah dan sifat-sifat-Nya yang tak terbatas. Oleh karena itu, pervasiveness nama-nama dan atribut dalam Al Qur'an dan makna yang umum dikenal dan dipahami mereka leksikografis membuat Dewa Alquran sangat jelas, hidup, imanen dan dicintai, tetapi pada saat yang sama jauh misterius, mengagumkan, dan transenden. Seperti presentasi Dewa memberi peluang yang cukup untuk jenis modalitas untuk eksis memungkinkan untuk komunikasi Allah-manusia, menyangkal sekaligus kesamaan apapun, perbandingan, dan citra beton atau gambar yang ilahi. Pembentukan semacam, bermakna menghormati, mencintai dan juga menuntut hubungan didorong antara Allah dan manusia namun keterbatasan selalu diresepkan sungguh-sungguh sehingga dapat menjaga transendensi ilahi dan keserbalainan Allah dalam setiap waktu dan situasi. Al-Qur'an sangat berhasil menetapkan ini imanensi Allah dengan membawa nama-nama yang indah atau atribut yang berhubungan dengan Allah sebagai epilog dari sebagian besar bagian-bagian Alquran. Penggunaan nama-nama dan atribut tidak sewenang-wenang, itu luar biasa bermakna dan kontekstual erat. Nama-nama ilahi selalu terhubung dengan subyek dari bagian bawah diskusi. Nama-nama belas kasihan, kasih, dan pengampunan, misalnya, dibawa sebagai epilog ayat-ayat tersebut mendorong pertobatan atau menekankan kasih Allah, belas kasihan dan kasih karunia. "Katakanlah:" Hai hamba-hamba-Ku yang telah melanggar jiwa mereka! Keputusasaan bukan dari rahmat Allah: Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa, karena Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "" (39:53).Al-Tawhid atau monoteisme etis yang ketat, dengan segala penekanan multipleks nya, tidak dimaksudkan semata-mata untuk meninggikan Allah dan menyanyikan kemuliaan-Nya. Hal ini juga tidak dimaksudkan untuk mengklaim kedekatan khusus dengan Allah, menikmati hak-hak istimewa dalam nama-Nya atau menegaskan superioritas atas makhluk-Nya. Tak satu pun dari unsur-unsur yang tersirat dalam pemahaman Alquran monoteisme. Ini adalah tanggung jawab dan bukan hak istimewa. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan respon yang tepat dalam diri manusia, respon yang sangat penting untuk mendorong manusia untuk bekerja menuju transformasi masyarakat manusia ruang dan waktu sesuai dengan aturan moral ilahi. Keesaan Tuhan mengarah ke kesatuan ciptaan-Nya. Superioritas ada diberikan berdasarkan asal-usul, suku, warna kulit, keyakinan atau status keuangan atau sosial. Hak dasar manusia yang bermartabat, kesetaraan kebebasan, dan keadilan secara universal diberikan kepada semua manusia karena kemanusiaan mereka. Sebuah hubungan yang benar dengan Allah satu-satunya jaminan dari hubungan yang adil, penuh kasih dan tepat antara laki-laki. Koneksi penuh kasih antara manusia dan Tuhannya akan menjamin masyarakat moral manusia dilengkapi peduli. Di sisi lain, setiap pemahaman yang salah tentang siapa Allah itu atau hubungan yang salah dengan-Nya akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri manusia untuk hubungan manusia. Monoteisme transendental Islam jika dipahami dengan benar dan diterapkan dalam roh bisa garansi suatu, etis seimbang mencintai dan peduli masyarakat manusia. Hal ini didasarkan pada tanggung jawab manusia, akuntabilitas politik dan ekonomi sosial dan keadilan universal.Inti dari al-Tauhid dapat diringkas dalam lima hal berikut: (1) Dualitas realitas (Allah dan non-Allah) dan Allah sebagai kedudukan sebagai norma moral: berarti Berada yang memerintahkan (kehendak moral Allah) dan perintah-perintah yang merupakan harusnya-to-be. (2) Ideationality: makna bahwa hubungan antara dua perintah realitas ideasional di alam. Manusia dapat memahami hubungan dan permintaan yang mudah melalui fakultas pemahaman. (3) teleologi: bahwa sifat kosmos adalah teleologis, bahwa itu adalah purposive, melayani tujuan Sang Pencipta, dan melakukannya dari desain. Manusia juga memiliki tujuan dan itu adalah untuk menjadi khalifah Allah di bumi. (4) Kapasitas manusia dan kelenturan Alam: karena sifat kosmos adalah teleologis, maka aktualisasi tujuan Ilahi harus mungkin dalam ruang dan waktu. (5) Tanggung Jawab dan Penghakiman: yaitu, seorang pria yang berdiri bertanggung jawab untuk mewujudkan kehendak moral Allah dan mengubah dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungan sehingga sesuai dengan pola ilahi. Untuk melakukannya adalah keberhasilan dan taat kepada-Nya adalah untuk menanggung hukuman dan kegagalan.Oleh karena itu, pesan Alquran secara jujur ​​ditujukan untuk pria dan nya kesejahteraan. Memang, itu menyebut dirinya "pedoman bagi umat manusia" (hudan li al-Nas [2:185] dan setara banyak tempat lain). Meskipun nama-nama ilahi dan atribut merupakan subyek dari ayat-ayat Alquran yang tak terhitung jumlahnya, Al-Qur'an bukanlah sebuah risalah tentang Tuhan dan sifat-Nya. Keberadaan ilahi fungsional. Dia adalah Pencipta, Pemelihara dan semesta manusia dan kosmos nya. Dia telah menciptakan alam semesta untuk melayani manusia. Dia ingin membimbing manusia. Dia mengasihi manusia dan peduli tentang kesejahteraan duniawi dan keselamatan kekal. Akhirnya Dia akan menghakimi manusia secara individual dan kolektif dan menjatuhkan ganjaran mencintai keadilan lagi untuk kepentingan manusia. Dia telah diambil atas diriNya bahwa Dia tidak akan mengampuni pelanggaran manusia sampai pria itu melanggar terhadap dikompensasikan dan puas. Izutsu menyajikan titik dalam kata-kata berikut:Karena di antara semua hal-hal yang diciptakan "manusia" adalah salah satu yang terpasang begitu besar yang penting dalam al-Qur'an yang menarik setidaknya jumlah yang sama perhatian kita sebagai Tuhan. Man, sifatnya, perilaku, psikologi, tugas dan takdir, pada kenyataannya, sebanyak keasyikan pusat pemikiran Alquran sebagai masalah Allah sendiri. Apakah Allah itu, kata dan tidak, menjadi masalah terutama, jika tidak eksklusif, sehubungan dengan masalah bagaimana manusia bereaksi untuk itu. Al-Quran itu berpikir secara keseluruhan berkaitan dengan masalah keselamatan manusia. Jika bukan karena masalah ini, Kitab akan belum "diturunkan", karena Quran itu sendiri secara eksplisit dan berulang kali menekankan. Dan dalam pengertian tertentu, konsep manusia adalah penting untuk sedemikian rupa sehingga membentuk tiang berdiri wajah kedua utama untuk menghadapi dengan [] tiang utama, yaitu konsep Allah.Akibatnya, tauhid secara langsung berhubungan dengan bidang moral kehidupan manusia. Esensinya tidak dapat dicapai tanpa aktualisasi tuntutan persatuan dan universalitas kebenaran, persatuan, kesetaraan, dan keadilan di antara umat manusia, dan semua yang telah terjadi di sini dan sekarang yaitu, praktis dalam masyarakat manusia. Al-Faruqi mengungkapkan titik singkat:Al-tauhid manusia untuk melakukan etika tindakan, yaitu, ke mana etika layak dan unworth diukur dengan tingkat keberhasilan subjek moral yang mencapai dalam mengganggu aliran ruang-waktu, di dalam tubuhnya serta sekelilingnya. Ia tidak menyangkal etika niat mana pengukuran yang sama dilakukan oleh tingkat nilai pribadi mempengaruhi negara subjek moral yang itu kesadaran sendiri, untuk dua tidak kompatibel ....Dia melanjutkan, bahwaSetelah setuju kepada Allah saja sebagai Gurunya, telah melakukan dirinya, hidupnya dan semua energi untuk pelayanan-Nya, dan setelah diakui Guru-Nya akan seperti itu yang seharusnya diaktualisasikan dalam ruang-waktu, dia harus memasukkan kasar dan jatuh dari pasar tempat dan sejarah dan di dalamnya membawa transformasi yang diinginkan. Dia tidak bisa menjalani hidup, monastik isolasionis kecuali itu sebagai latihan dalam disiplin diri dan penguasaan diri.Fungsi moral manusia, membenarkan ciptaan-Nya dalam citra moral Allah, dalam bentuk terbaik, sebagai khalifah Allah di bumi. Oleh karena itu, pemahaman Islam tauhid yang moralistik melalui dan melalui. Moralitas yang benar dan tulus adalah pertanda batin serta kedamaian eksternal. Kedamaian batin adalah cikal bakal perdamaian luar. Ini kedamaian batin datang hanya melalui perdamaian dengan Allah melalui penyerahan sukarela kepada perintah-perintah moral Allah. Sampai kedamaian Allah memenuhi batin kita, kita tidak bisa berharap bahwa perdamaian akan mengisi dunia luar. Hal ini menjelaskan mengapa Al-Qur'an hampir selalu memadukan iman (iman) dan perbuatan baik (amal åāliḥ) bersama-sama, yang mencerminkan lain (2:25; 2:82, 2:277, 03:57; 04:57 , 4:122, 4:173, 5:9; 5:93).Al-Qur'an juga keras stigma orang-orang yang tidak taat kehendak moral Allah dan mengikuti keinginan mereka sendiri, kecenderungan, dan suasana hati sebagai dewa. Kata Al-Qur'an mempekerjakan untuk menunjukkan kecenderungan ini adalah Hawa (terjadi 17 kali), yang dapat diterjemahkan sebagai "caprice atau kehendak." "Pernahkah Anda melihat orang yang telah mengambil nya caprice sendiri menjadi tuhannya?" (25:43; 45:23). Quran membicarakan mengenai perang pahit manusia pribadi seperti ego, kesombongan, keserakahan, keegoisan, keangkuhan, merindukan gratifications seketika dan semena-mena seperti itu bahwa kemampuan buta untuk mendapatkan ketenangan batin. Ini jarak keinginan seseorang dari Allah, mengasingkan dia / dia dari perdamaian Allah dan hasilnya adalah kesepian dan keterasingan dari satu sama lain. Ini perang batin dan ketidakpuasan konstan membuat kita gelisah dan discomforted dan jadi kita hidup berperang dengan kita dan orang di sekitar kita. Ini adalah konsekuensi dari menyembah dewa palsu, yaitu, dalam diri palsu kami bukannya Allah nyata dari cinta, kedamaian dan kepuasan. Diri palsu kita adalah dalam kompetisi konstan dengan orang lain diri palsu sehingga kita terlibat dalam spiral konflik, argumen, perselisihan dan perang. Menghapus diri palsu ini bisa membawa kedamaian diperlukan pikiran, kepuasan dan rasa sukacita konstan. Ketika kita berhenti menjatuhkan orang lain untuk membuat diri kita terlihat penting maka orang lain tidak akan menempatkan kita turun baik. Kepuasan sesaat tidak memberikan kebahagiaan sejati. Kebahagiaan sejati berasal dari Allah dan dengan Allah. Oleh karena itu, kedamaian sejati juga berasal dari Allah dan dengan Allah. Obsesi penuh kasih dari Tuhan Yang Maha Esa adalah pemberita tentang perdamaian di antara tanggungan-Nya.Pemahaman moralistik al-Tauhid bersama dengan gagasan atas hari kiamat tercermin dalam bab Mekah sangat awal dari Al Qur'an. Wallahu "alam